Lengkapnya Sayyid Haydar Amuli, Sayyid Baha al-Din Haydar, Haydar al-'Obaydi al-Husaini Amoli, sufi/irfan sekaligus filsuf. Sayed Amuli adalah salah satu wakil sufi dan teosof dari tanah Persia, juga salah satu komentator paling terkenal ajaran Ibnu Arabi, pada abad ke-14.
Beberapa karya Sayyid Haidar Amuli;
- al-Asrar wa Manba al-Anwar, dibagi dalam tiga buku dan setiap buku dipisahkan menjadi empat bab atau (QA ? eda).
- Al-Masa ? el al-?mol?ya (atau al-?aydar?ya) adalah karya yang terdiri dari ide-ide teologis dan yuridis yang ditulis Amuli untuk gurunya Fa?r-al-mo?aqqeq?n.
- Resalat al-wo??d fi ma ? refat al-? ma Bud, di 1359 CE. Diselesaikan pada saat Amuli sedang berada di Na?af sekitar 1367 Masehi.
- Al-Mohit al-a ? Zam adalah volume komentar tujuh yang selesai sekitar 1375 atau 1376 Masehi. Karya ini berjudul, nass al-no??? adalah komentar tentang Ibnu Arabi, berjudul Fo??? al-?ikam. Karya ini mencakup beberapa bagian otobiografi yang memberikan informasi tentang kehidupan Amuli itu.
-Karya terakhir Amuli berjudul, al-? Resalat Olum al-? Aliya adalah kumpulan tradisi Imamah
Asrar al-sari ? a wa Atwar al-Tarekat wa Anwar Al-haqiqah
Diantara kitab Sayyid Amuli yang paling representatif menjelaskan hubungan tharikat, hakikat makrifat adalah Asrar al-sari ? a wa Atwar al-Tarekat wa Anwar Al-haqiqah, diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia, "Makrifat Ibadah, Temukan Keajaiban dan Kenikmatan Shalat, Puasa, Zakat dan Haji", diterjemahkan oleh Maman Abdurrahman Ass, dicetak oleh penerbit Serambi, 2008.
Kitab ini mampu menjelaskan secara meyakinkan hubungan Syariat, Tarikat dan Hakikat. Sayyid Haidar Amuli memaparkan tiga tingkatan syariat, tharikat, hakikat untuk menyelesaikan sangkaan tentang adanya perbedaan dan pertentangan di antara tiga dimensi itu. Menurutnya, ketiga dimensi ini yang memiliki nama-nama yang berbeda hanya menceritakan satu kenyataan dan realitas. Perbedaan di antara ketiga hal itu hanyalah bersifat nisbi bukan hakiki.
Syariat bersumber dari kata syar yang bermakna jalan dan cara. Dan dalam istilah diartikan "kumpulan pengajaran untuk pembentukan manusia yang berasal dari Tuhan yang dijelaskan dan dijabarkan oleh para nabi dan rasul serta diletakkan untuk diamalkan dan diimplementasikan". Dengan ungkapan lain, syariat adalah kumpulan dari kitab suci (al-Quran), Sunnah Nabi saw, dan Sunnah para Imam Ahlulbait yang dapat mengantarkan manusia kepada tujuan penciptaannya jika dipelajari, diamalkan, dan dilaksanakan."
Tharikat diambil dari kata thariq yang memiliki makna "menapaki atau meniti jalan". Dalam istilah irfan berarti "menapaki derajat-derajat insani dan meniti tingkatan-tingkatan pencapaian kesempurnaan akhir manusia".
Hakikat diambil dari kata haq yang mempunyai makna "sesuai dengan kenyataan dan realitas eksternal" dan dalam istilah memiliki arti "penyingkapan hakikat-hakikat eksistensi dan penggapaian puncak keyakinan (haqqul yaqin)"
Pada hakikatnya, pengamalan syariat tidak lain adalah penapakan derajat-derajat kesempurnaan manusia dan penitian tingkatan-tingkatan kesempurnaan serta menyebabkan pendalaman makrifat dan penguatan keimanan manusia. Dengan kata lain, hakikat adalah batinnya tharikat, dan tharikat ialah batinnya syariat. Ketiganya merujuk satu makna. Syariat bisa ada tanpa tharikat, tharikat tidak mungkin ada tanpa syariat dan tharikat bisa ada tanpa hakikat, tetapi hakikat tidak mungkin ada tanpa tharikat. Tiap maqam menyempurnakan maqam berikutnya. Kesempurnaan syariat hanya akan menjadi nyata dengan tharikat dan kesempurnaan tareqat hanya bisa menjadi nyata dengan hakikat. Manusia sempurna dan menyempurnakan(al-kamil al-mukmil) dapat menempuh ketiga maqam ini. Nabi Muhammad meraih ketiga maqam ini.
Dalam sebagian ungkapannya, Sayyid Haidar Amuli menyatakan, " ? Ketika perkara ini menjadi kenyataan, maka ketahuilah bahwa "syariat" adalah sebuah nama yang ditentukan untuk jalan-jalan Ilahi yang mana memiliki rukun-rukun, cabang-cabang, keringanan-keringanan, motivasi-motivasi, niat-niat, kebaikan-kebaikan, kesempurnaan-kesempurnaan. Dan "tharikat" adalah mengambil yang terbaik dan yang paling kuat di antara jalan-jalan Ilahi itu, dan setiap metode dan cara yang paling baik, paling kuat, paling hati-hati, dan paling sempurna yang dijalani oleh manusia dinamakan dengan "tharikat", baik yang bersifat perkataan, perbuatan, sifat, dan hal.
Sementara "hakikat" adalah pembuktian dan penegasan sesuatu melalui syuhud (witnessing) dan hal ini sebagaimana perkataan suci Rasulullah saw kepada Harits, "Wahai Harits bagaimana ketika kamu bangun di pagi hari? Harits berkata, "Saya bangun di pagi hari dalam keadaan sebagai mukmin hakiki?"
Beliau lebih lanjut menyatakan, "? Jadi imannya kepada hal-hal yang gaib adalah benar itulah "syariat", dan penyaksiannya mengenai surga, neraka, dan arasy adalah "hakikat", begitu pula kezuhudannya dari dunia, shalat malamnya, puasanya adalah "tharikat". Dan dari penyingkapan ini, sebagaimana telah disebutkan terdahulu, Tuhan telah mengabarkan dalam kitab suci-Nya, "Tidaklah seperti yang kamu sangka. Seandainya kamu mengetahui ?ilmul yakin, sungguh kamu benar-benar akan melihat neraka Jahim kemudian sungguh kamu benar-benar akan melihatnya (surga) dengan ?ainul yakin." (Qs. At-Takatsur: 5-7)
Yakni seperti itulah, apabila kalian mengetahui dengan ?ilmul yaqin' maka setiap cermin yang anda saksikan nampaklah neraka. Dengan demikian, setiap cermin yang disaksikan dengan ?ilmul yaqin niscaya anda akan melihat realitas itu. Di ayat lain, Allah Swt berfirman, "Sesungguhnya itu adalah haqqul yakin" (Qs. Al-Waqiah: 95). Sesungguhnya inilah haqqul yaqin. Tingkatan pertama adalah "?ilmul yaqin" yang sederajat dengan "syariat" dan tingkatan kedua adalah "?ainul yaqin" yang sederajat dengan "tharikat" serta tingkatan ketiga adalah "haqqul yaqin" yang sederajat dengan "hakikat"?"
Syariat seperti kapal, Tharikat adalah samuderanya, sedang hakikat adalah mutiaranya. Orang yang ingin mendapatkan mutiara, membutuhkan kapal untuk berlabuh, kapal membutuhkan samudera untuk jalan. Ketiganya saling membutuhkan dan menyempurnakan. Badai, ombak, hujan, petir adalah ujian, kemampuan nakhoda mengemudikan kapal membutuhkan ilmu dan pengalaman panjang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar