Ahmad bin Abdurrahim al-Umari lebih populer dikenal sebagai Waliyullah dilahirkan dekat New Dehli pada tahun 1702 dan wafat tahun 1762. Dia bukan saja seorang teolog besar namun juga seorang sufi tingkat tinggi. Jasa-jasa yang dia dan pengikutnya berikan kepada umat manusia sungguh melimpah dan luas sekali dampaknya. Di bidang mistisme, tokoh-tokoh sezamannya secara umum tidak berpendidikan cukup dan terpengaruh sampai suatu derajat oleh unsur-unsur non Islami. Ini telah memunculkan beragam bid'ah dan takhayul.
Syah Waliyullah menyajikan agama dalam bentuknya yang otentik - sebagaimana agama itu telah ada selama dua abad pertama era Islam - dan membuang semua tambahan (bid'ah) yang tak perlu dan menyimpang dari masa-masa sesudahnya. Dia dikenal telah menulis sekitar 50 buku.
Karyanya yang berjudul Althaf al-Quds fi Ma'rifat Lathaifin-Nafs menduduki sebuah posisi yang sangat tinggi dalam literatur Sufi yang berkenaan dengan dimensi-dimensi ruhani mistisme dan menyajikan sebuah pembahasan mendetail tentang kemampuan-kemampuan tersembunyi manusia yang memancarkan cahaya yang luas terhadap persoalan-persoalan dan penyingkap mistis.
Telah lama menjadi sebuah kebiasaan kaum Sufi untuk mencampurkan satu hakekat dengan hakekat lain dan mengacu pada keduanya dengan nama yang sama. Ini kerap kali telah memunculkan kebingungan tentang apa yang sesungguhnya mereka maksudkan. Misalnya ketika mereka menggunakan kata nafs (keakuan diri) kadang-kadang mereka memaksudkannya sebagai hakikat manusia. demikian pula ketika mereka menggunakan kata qalb (kalbu) kadang-kadang mereka mengacu kepada seiris daging dan kadang-kadang mereka mengacu kepada siris daging dab kadang-kadang memaksudkannya pada kemampuan memahami. Demikian pula, ketika mereka menyebut ruh (jiwa) mereka kadang-kadang sebuah substansi halus dan murni yang meliputi seluruh tubuh; terkedang mereka bahkan memaksudkannya sebagai ru (malaikat), yang diciptakan lama sebelum penciptaan manusia yang sesungguhnya. Dan cara yang samamereka kerapkali telah membingungkan makna objectif sebuah kata dengan asosiasi subjektif yang mungkin didadap oleh kata tersebut dan telah gagal untuk membuat suatu perbedaan antara keduanya.
Sumber: Pengetahuan Suci Syah Waliyullah Ad-Dahlawi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar